Kamis, 16 Mei 2013

Utuh Tak Tersentuh

Bismillahirrohmanirrohiim..

Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.
Apa kabar iman kita hari ini? Apa kabar jiwa kita hari ini? Semoga Allah senantiasa menyucikan hati kita, moga Allah senantiasa menguatkan jiwa kita.. Aamiin.
Shalihin, shalihat izinkan saya menuliskan setiap kata yang tertulis. Jemariku gemar sekali bermain indah dengan lentiknya. Tulisan ini kutujukan pada siapa pun, dan teruntuk untuk ia yang lembut hatinya, lebih lembut dari sutra. Ia yang begitu luas cinta dan sayangnya, mampu menghapus dahaga luka dan duka.



Cantik? Siapa yang tidak ingin dibilang cantik? Wanita mana yang tidak ingin terlihat cantik? Kalau boleh jujur saya pun ingin selalu menjadi wanita cantik. Tetapi apakah kecantikan wajah itu akan abadi? Apakah kecantikan wajah itu mampu membahagiakan kita di dunia juga di akhirat? Apakah kecantikan itu hanya untuk memuaskan nafsu bagi mereka yang tidak bisa menjaga pandangannya? atau kecantikan yang jika kita melihatnya kita akan merasa tenang? Entahlah! Aku tak pernah tahu, aku berada di bagian mana? Namun, aku ingin selalu cantik. Cantik dihadapan-Nya, bukan dihadapan manusia yang mampu menyesatkan. Cantik? Aku ingin seperti bunga, bunga yang sedang merekah indah penuh warna. Aku ingin seperti bunga mawar, ia memang terlihat cantik dan mempesona tapi tidak semua dapat menyentuh seenaknya saja. Hanya orang-orang tertentu yang dapat menikmati dan menyentuh kecantikannya. Biarlah mereka menilai aku “tidak cantik”, karena itu hanya pandangan menurut manusia. Justru aku jauh lebih sakit ketika Allah yang Maha mengasihi menganggap jelek. Aku tak pernah ingin selalu cantik dihadapan manusia. Aku tak ingin mengumbar kecantikanku, seperti mengobral barang murahan. Tetapi terkadang aku pun tak menyadari, aku yang masih sering mungkin memakai bedak, memakai wewangian dan memakai bross. Ya, aku tidak munafik. Aku selalu seperti itu ketika berpergian, akan tetapi aku rasa aku tidak berlebihan. Tapi, bagaimana menurut pandangan Allah?


Aku sakit, hatiku bagai teriris dengan pisau belati. Aku sesak, seperti berada dalam ruangan yang tidak ada oksigen. Aku pedih, hatiku bagai terluka karena sembilu. Aku sakit, perih, pedih, sesak, ketika aku melihat seorang wanita yang dengan mudahnya menampakkan kecantikannya. Begitu mudahnya menampakkan auratnya di depan umum. Begitu mudahnya disentuh dengan laki-laki yang tidak bertanggungjawab. Wahai engkau yang lembut hatinya, kau tahu apa yang membuatmu terlihat anggun dan cantik? Kau terlihat cantik saat kau mengenakan pakaian longgarmu dengan jilbab yang menutupi dadamu. Kau sungguh istimewa wahai perempuan cantik berhati sutera. Kau begitu mahal, bahkan lebih mahal dari lazuardi, dari intan. Kau tiada duanya. Biarkanlah bibirmu basah dengan lantunan ayat-ayat cinta-Nya. Biarlah hatimu putih seputih salju, biarlah hatimu lembut selembut sutera atau bahkan lebih lembut, biarlah hatimu tetap cantik secantik bunga yang sedang merekah. Simpanlah kecantikanmu yang sebenarnya, wahai perempuan cantik berhati sutera. Kecantikanmu akan terpancar dengan sendirinya, kecantikan yang terpancar dari dalam dirimu (hatimu). Kecantikanmu yang terpancar karena iman dan takwamu. Kacantikan yang mampu memberikan ketenangan dan kedamaina, bukan semata untuk memuaskan nafsu bagi kaum Adam.

Aku memang perempuan biasa, yang tak pernah luput dari salah dan dosa. Tapi kutujukan ini untukmu, wahai perempuan cantik berhati sutera. Bermata bagaikan permata, bersikap bagaikan mentari yang mampu menghangatkan, berbicara bagaikan hembusan udara yang mampu menyejukkan.
Wahai perempuan yang berhati lembut, izinkan aku tuk memaknai "Kecantikan" yang sesungguhnya ya, :))

Jadi seperti ini ceritanya ya,

dulu saat Rasulullah belum diutus oleh Allah anak perempuan itu dihina bahkan jikalau ada bayi perempuan dibunuh. Hem, astaghfirullah serem banget kan? Beruntunglah ketika Rasulullah turun ke bumi, derajat wanita, perempuan, cewek diangkat oleh Allah. Bahkan di Al-Quran pun ada surat yang artinya "Wanita", yaps bener banget tuh. Contohnya pada surat ke-4 surat An-Nisa surat Al-Mujadila, dan ada satu lagi nih. Ada yang tau nggak nih? Ayo coba tebak, kalau bisa tebak nanti aku kasih hati looh. Eh maksudnya coklat yang berbentuk hati, #garing banget ya# :o

Nah yang terakhir ada surat ke-60 yaitu surat Al-Mumtahanah.
Wahai perempuan cantik nan shalihah, kau tahu apa yang paling indah di dunia ini? Menurutku ialah jika aku bisa melihat diriku sendiri, kamu dan kalian menutup aurat, memakai jilbab. Kalau boleh cerita sedikit nih ya dulu di saat aku masih SMP aku pun belum berhijab, kau tahu dulu seperti apa aku dulu? Dulu aku sangat modis, feminim gitulah. Hem, bayangin ajah nih ya aku dulu tuh suka yang namanya pakai jepitan, bando, kuncir setengah, kepang biasa, kepang kelabang. Segala macem aku pakai deh, terus aku paling suka pakai celana jeans. Tapi aku nggak terlalu suka yang ketat banget, karena begah hehe. Selain itu baju aku pun modis, ya karena aku memiliki postur tubuh yang tinggi aku cocok-cocok ajah pakai baju yang seperti apa. Sampai-sampai teman SMP-ku ada yang bilang "Ih Ika, gue suka deh sama badan lo, lo tinggi udah gitu nggak gemuk, ideal" uhuk, uhuk terbang deh. Ya, itu kata temanku yang bernama Lian. Eeeiittss, tapi aku paling ANTI pake make up, bedakan tebal, pakai lipgos, atau apapun itulah namanya seperti teman-temanku kalau sekolah pakai yang kayak gitu, paling kalau pakai bedak, ya bedak b**y.

Ya ya ya, dulu SMP aku sangat modis, bahkan aku pun mengumpulkan bando yang berbagai jenis, mulai dari bahannya sampai motifnya, begitu pun dengan jepitan dan kunciran. Huh pokoknya banyak banget deh aku ngoleksi itu semua. Itu udah kayak jualan ajah, sampai orang tuaku ajah heran kan. "Ngapain coba ngumpulin gituan, mending juga buat beli beras atau nggak ditabung."

Ya tapi karena waktu itu aku suka banget jadi aku nggak terlalu peduli.

Naaaah, singkat cerita nih ya aku mulai berhijab semenjak SMA di kelas sepuluh semester ke-2. Awalnya aku emang udah janji sih sama diriku sendiri dan sama Allah. Karena dulu aku sangat ingin masuk SMAN 58, aku berjanji kalau aku masuk sekolah itu aku akan berjilbab. Ajaibnya lagi nih aku ikut ROHIS, awalnya karena aku bingung kan mau masuk ekskul apa, eh yaudah aku pilih ROHIS aja. Aku dulu juga berpikir kalau masuk ROHIS juga nggak terlalu berat. Apalagi waktu SMP aku juga ikut ROHIS, ya walau pun dulu hanya dapet materi dari guru Agama, itu pun jaraaaaaang bangeeet. #Lebay

Singkat cerita aku mengikuti acara KEPUTRIAN, yaa itu acara hanya untuk yang perempuannya aja. Pokoknya dari KEPUTRIAN, ROHIS aku memiliki banyak teman, ilmu dan pengalaman baru yang sebelumnya belum pernah aku rasakan.

Mau tahu ceritanya nggak nih awal aku berhijab?

Setiap kali aku melihat kakak-kakak Rohis yang perempuan aku merasa tenang sekali, apalagi kalau melihat mereka yang memakai kerudung panjang dengan syar'i. Aku melihat kecantikan yang sesungguhnya, baik dari luar maupun dari dalam.

Nah inilah ceritanya....

Jadi waktu itu ada kakak kelas yang ngirim sms, ternyata kak Ajeng. Aku lupa apa sms-nya tapi yang jelas sungguh sangat menyentuh hatiku. Bahkan sampai menusuk rongga dadaku, ups lebay deh ya. Ya inti sms itu mengajak perempuan shalihah untuk mengulurkan jilbabnya. Dari situlah aku cerita sama kak Ajeng kalau sebenarnya aku mau berhijab, tapi masih ada rasa takut dan nggak kuat. Ya karena secara gitu aku kan orangnya gerahan banget. Tapi kak Ajeng dengan lembutnya dan dengan semangatnya mendukun dan mendoakan aku. Aku pun cerita dengan kak Bibah yang kebetulan saat itu menjadi murabbiku. Ia pun mendukung aku, ia yang meyakinkan aku. Yaiyalah, karena mereka kan jilbabers :D

Akhirnya kuniatkan diri, aku minta izin sama orang tuaku bahwa aku ingin memakai jilbab, tapi kau tahu orang tuaku jawabnya seperti apa?
"Yakin kamu mau pake jilbab, bapak sih takut hati kamu nanti nggak sesuai dengan jilbab kamu."

Lalu aku mencoba meyakinkan bapakku "InsyaAllah nggak akan kayak gitu Pak, Ika akan memperbaiki diri. InsyaAllah."

Lalu seminggu berlalu jawaban itu masih menggantung, akhirnya aku minta izin lagi untuk yang kedua kalinya. Alhamdulillah, mereka mengizinkan aku.

Tapi mamahku bingung, karena kan pasti harus beli seragam lagi. Dan aku ucapkan syukur lagi, kak Bibah memberika seragam putih untukku, masih baru pula. Sedangkan kak Ajeng yang mencari seragam batik dan baju olahraga. Oh Allah, sungguh beruntung aku telah mempertemukan aku dengan mereka.

Naah, untuk perempuan yang sudah memakai jilbab diwajibkan loh untuk menutup auratnya, yuk kita cek.

"Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." (QS. An-Nur : 31)


"Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-ahzab : 59)


"Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat." (QS. Al-A'raf)


Naah ada hadits nih, hem cukup menyeramkan untuk kita kaum wanita.

Baca dan perhatikan dengan baik dan jelas ya :)
"Hadits yang mengancam wanita tidak masuk surga karena tidak berjilbab. Rasulullah bersabda: Ada dua kelompok termasuk ahli neraka, aku belum pernah melihatnya: Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapl, mereka memukul manusia dengan cambuknya, dan wanita yang kasiyat (berpakain tapi telanjang baik karena tipis, atau pendek yang tidak menutup semua auratnya), Mailat mumilat (bergaya ketika berjalan, ingin diperhatikan orang) kepala mereka seperti punuk onta yang berpunuk dua. Mereka tidak masuk surga dan tidak mendapatkan baunya padahal bau surga itu akan didapati dari sekian dan sekian (perjalanan 500 th).. (HR. Muslim 3971, Ahmad 8311 dan Imam Malik 1421)."


Sedikit cerita yah cantik, dulu ketika aku baru memakai jilbab banyak sekali cobaan dan ujian yang berikan padaku. Apa itu? Heem, banyak banget deh. Pokoknya aku sering diledekin sama teman aku, terutama teman rumah "Hah lu yakin pake jilbab? Haha, nggak percaya gue."
"Emang kenapa nggak suka? Lu ini yang nggak suka, Allah yang kasih hidaya nih." Jawabku.

Sahabat yang baik dan lembut hatinya, mungkin waktu itu aku belum istiqamah memakai jilbabnya. Sampai saat aku ke depan, ke tukang fotocopyan aku ketemu teman SD-ku. Namanya si Tri, ya aku di jalan berpapasan dengan dia. Sepanjang jalan aku menunduk, aku malu. Pasti dia mengenaliku, ya tentu saja dia teman SD dan sekarang di SMA yang sama. Aku malu, pasti ia berpikir ngapain pakai kerudung kalau di sekolah juga, atau ih anak Rohis masa kayak gitu. Atau pemikiran dan pendapat yang tidak aku ketahui. Namun dalam hatiku, kenapa aku malunya sama si Tri? Harusnya aku malu sama Allah dong, Allah pasti bakal kecewa sama aku. Dan aku mulai memperbaiki diri, yang tadinya aku hanya pakai jilbab di sekolah namun aku meniatkan diri kalau aku pergi ke depan aku harus pakai jilbab. Walau ocehan itu terdengar lagi dari teman rumahku, "ya ampun gue kan cuma minta anterin ke depan bentar, lu ngapain sih Ka pake kerudung timbang ke depan doang. Lebay banget sih."

Lalu aku jawab aja dengan tegas "Semua ini udah kewajiban gue sebagai perempuan untuk nutup aurat, lu tuh kalo pake baju jangan ngetat, kurang bahan. Terserah sih kalo nggak mau gue anterin gue juga nggak rugi ini." Aku menjawab ketus, habis cerewet banget.
Seiring berjalannya waktu aku jauh lebih baik, ya mungkin baik menurutku tetapi nggak tahu untuk Allah.

Setelah kelas sebelas, tepatnya saat regenerasi kepengurusan Keputrian Rohis 58 aku terpilih menjadi "Cakaput (Calon Ketua Keputrian". Aku bingung, takut, khawatir, sedih semua bercampur menjadi satu. Bahkan aku sampai menangis, kau mau tahu mengapa aku menangis? Aku menangis karena aku merasa tidak cocok. Ilmu Agamaku masih sangat kurang, bahkan di kelas sepuluh aku pernah remed ulangan agama dua kali, selain itu aku juga tidak terlalu aktif banget. Aku tak menyangka akan dipilih, yang aku kira pasti Arin, Imah dan Rena. Namun ternyata Allah punya rencana yang tak pernah aku duga. Aku pun terus memperbaiki diri, aku mulai mengenakan jilbab di-double. Awalnya emang susah banget, berantakan tapi aku harus bisa!! Tapi saat itu mamahku sempat bertanya "Ngapain sih pake kerudung di-double gitu emang nggak panas apa?"
Dengan santainya aku menjawab "Wah ini model baru Mah, lagi trend nih. Tenang kalo gerah kan bisa kipas-kipas. Hehe."
Ya, mamahku iya iya ajah walau dengan ekspresi wajah yang agak aneh gitu.
Dan lama-lama aku pun mencoba untuk memakai kerudung dengan baik, walau hanya di halaman rumah. Saat itu juga lah konflik terjadi.
“Ka, ambil jemuran sana mau hujan nih.” Mama teriak.
“Iya Ma, sebentar ya.” Aku buru-buru mengambil bergokku.
“Cepetan Ka, nggak tau apa udah mau hujan. Lagian ngapain juga sih pakai kerudung segala? Ribet tau, nanti yang ada pakaiannya basah kena hujan!” Mama membentakku, aku hanya diam saja.
“Tau ngapain sih mau ngambil jemuran aja pakai kerudung segala, fanatik banget! Bapak nggak suka sama orang yang fanatik ya!” sahut Bapak.
Aku hanya diam saja, aku nggak berani mengatakan apapun kepada mama dan bapak. Lalu mama pun semakin curiga dan mengajukan pertanyaan kepadaku. Entah bagaimana aku harus menjelaskannya, aku menjelaskan dari yang aku pahami.
“Pakai jilbab atau kerudung itu kan wajib Ma, Pak. Ika takut pasti nanti di akhirat semua akan dipertanggungjawabkan.” Aku menjelaskan dengan sangat hati-hati
“Kata siapa wajib? Itu kan cuma sebagai identitas orang islam doang.” Tegas Bapakku.
“Ya Allah Pak, di al-quran ada Pak. Selama nggak menyimpang kenapa nggak boleh?” aku mencoba untuk lebih berani.
“Itu fanatik! Bapak nggak suka kamu kayak gitu, kalau emang mau pake kerudung yaudah nggak apa-apa tapi jangan segitunya!” bapak membentakku.
“Emang siapa sih yang ngajarin? Wah jangan-jangan kamu ikut aliran sesat ya, awas nanti ikut teroris lagi! Atau jangan-jangan kakak kelasnya ada yang pake cadar lagi, jangan macem-macem kamu Ka! Mama nggak suka ya.” Bentak Mama
“Astaghfirullah, Demi Allah Ma, Ika nggak pernah ikut aliran sesat gitu. Nggak ada yang pake cadar, kalau Mama nggak percaya Ika bisa panggil mba Tiwi karena mba Tiwi juga lulusan SMAN 58 dan anak Rohis.” Air mataku membasahi pipi.
“Nggak usah, ngapain juga! Pokoknya kalau di depan rumah, mau nyapu atau ngepel nggak usah pake kerudung segala, gerah dan ribet ngeliatnya! Jangan sampai kamu ikut aliran sesat dan teroris ya, awas aja” ancam mamaku.
“fanatik! Bapak nggak suka kayak gitu ya!”
Aku hanya bisa diam, tak berkata apapun. Hatiku sesak sekali, bagai tak menghirup oksigen. Hatiku sakit sekali bagai ditimpa batu beton. Tapi aku terus berusaha untuk memperjuangkan jilbabku, karena aku mencinta kedua orang tuaku karena Allah. Maka aku pun mencintai jilbabku karena Allah. Seharian aku di kamar, tidak keluar kamar.

                                                                           ***
Setelah kejadian kemarin berlalu, aku mencoba menata hatiku kembali. Berusaha untuk menghargai dan menghormati orang tuaku, tapi aku pun harus menjalankan kewajibanku pada Allah. Menjaga aurat dan pandangan. Seperti biasanya, kalau aku ada di rumah aku menyapu dan mengepel rumah. Aku memakai bergok ketika menyapu. Mama dan bapak lagi-lagi belum menyetujui. Tapi syukurlah tidak parah seperti hari kemarin. Meski aku merasa sangat kecewa.
“Ka, ngapain sih pake kerudung di rumah? Nyapu aja pake kerudung segala, panas ngeliatnya!” sahut mamaku.
“Nggak panas kok Mah, kan Ika yang merasakan.” Aku mencoba lebih tenang.
“Dibilangin ngeyel banget. Temen Mama aja yang anak pesantren nggak segitunya, kalau di rumah juga nggak pake kerudung tuh, kamu repot banget sih.” Mamaku menjawab dengan lantang.
“Tau nih, bapak nggak suka sama orang yang terlalu fanatik! Lagian di rumah doang aja pake kerudung.” Bapak langsung menyambar.
“Sebenarnya Bapak dan Mama mau Ika seperti apa sih? Apa Bapak dan Mama nggak senang, nggak bahagia Ika pakai jilbab? Ma, Pak, Ika bisa aja seperti cewek-cewek yang di luar sana, yang kalau keluar sampai malam dengan pakaian yang serba mini dan ketat. Tapi, Ika nggak mau seperti itu. Ika nggak mau menjadi anak yang tidak punya etika dengan memakai pakaian seperti itu. Semua orang punya prinsip yang berbeda, jangan pernah samakan Ika dengan orang yang di luar sana. Terserah Mama dan Bapak mau berpikir seperti apa, tapi yang jelas Ika sama sekali nggak pernah diajarin untuk menjadi orang yang fanatik, apalagi teroris.” Hampir saja aku meneteskan air mataku, namun aku harus kuat.
Setelah aku berakata seperti itu mama dan bapak diam. Entahlah apa yang sedang mereka pikirkan, aku hanya bisa husnudzon. Berharap dan berdoa semoga Allah yang Maha baik mampu membukakan pintu hati kedua orang tuaku, serta melembutkan hatinya.

Begitulah ceritanya :D

Tapi sekarang Alhamdulillah orang tuaku tidak terlalu mengekangku seperti itu. Walau pun terkadang mereka masih suka ngebahas "Ih kalau di rumah tuh lepas aja kenapa kerudungnya."
Aku menjawab "Tergantung siapa dulu Pak, kalau laki-laki yang bukan mahromnya ya harus pake dong. Hehe."

Untukmu, wahai engkau yang lembut hatinya, dikala tak ada orang yang mampu menenangkanmu, percayalah Allah senantiasa ada di sisi-Mu.
Di saat kau ingin melakukan kebaikan namun mereka tak pernah suka, maka tak perlu khawatir, Allah bersamamu.
Jikalau ada yang mencaci dan menghina, dan tak ada satu pun orang yang percaya dan peduli padamu walau orang tuamu sendiri. Ingatlah, Allah senantiasa peduli padamu.
Wahai engkau yang tatapannya bagai permata, bicaramu bagai udara yang mampu menyejukkan.
Lihatlah dan rasakanlah bahwa Allah sangat dekat denganmu. Ketika kau merasa Allah dekat denganmu, Allah jauh lebih dekat denganmu.
Wahai hati yang mudah terombang-ambing, jika orang tuamu melarangmu untuk berjilbab maka tenangkanlah ia. Jawablah dengan jawaban yang tepat, jika ia masih melarangmu jawab dengan lembut, jawablah bahwa semua ini karena Allah. Maka berilah kata-kata ini :


Wahai, Ayah, Ibu..
aku ingin menjadi anak yang shalehah.
aku ingin menjadi anak yang berbakti padamu.
tidak lupa dengan perintah dan aturan yang telah Allah sampaikan.
Wahai, Ayah, Ibu..
apakah aku salah?
jika aku mengulurkan jilbabku?
Wahai, Ayah, Ibu..
apakah aku salah?
jikalau aku menutup auratku?
apakah aku salah?
jikalau aku menutup auratku, karena aku takut dengan-Nya.
karena aku takut azab-Nya.
Wahai, Ayah, Ibu..
apakah kau tak bahagia jika aku menutup auratku?
menutup perhiasaan yang tak pantas untuk aku umbar kepada lelaki yang bukan menjadi muhrimku?
Wahai, Ayah, Ibu..
apakah aku salah?
jika aku berusaha menjaga pandanganku,
menjaga kehormatan dan kesucianku?
Wahai, Ayah, Ibu..
aku ingin berbakti padamu, tentu dengan segala aturan yang telah Allah sampaikan.
Wahai, Ayah ,Ibu..
aku tahu sering melukai hatimu,
dengan tajamnya kata-kata yang aku keluarkan,
aku tahu sering membuatmu kecewa kerana sikapku,
Wahai, Ayah, Ibu..
sungguh aku tak ingin kau menderita di akhirat nanti,
sungguh aku pun tahu kelak nanti semua ada pertanggung jawabannya,
sungguh aku tahu engkau pun akan mendaptkan siksaan,
karena telah membiarkan anak perempuanmu ini mengumbar auratnya,
aku taku, takut wahai Ibu.
aku tak mau kau merasakan itu.
aku ingin kebahagiaan selalu menyertaimu, di dunia maupun di akhirat.
aku ingin kelak di akhirat nanti, kami berkumpul di jannah-Nya.
Wahai, Ayah, Ibu..
tidak, tidak, tidak..
jangan, jangan, dan janganlah,
kau terus berpikir bahwa anakmu ini mengikuti aliran sesat.
jangan kau berpikir bahwa memakai jilbab tidaklah penting dan bukan sebuah kewajiban.
tidak, jangan kau katakan itu Ayah, Ibu.
jangan pula kau katakan karena dengan sebuah organisai.
tidak ,Ayah, Ibu..
bukan karena organisasi, bukan karena perintah orang lain kepadaku.
tapi karena semua itu perintah Allah.
Allah telah memerintahkan hamba-Nya,
terutama anak perempuan untuk menutup auratnya.
Allah memerintahkan hamba-Nya,
untuk selalu menjaga pandangannya, kehormatan dan kesuciannya.
Allah memerintahkan hamba-Nya,
untuk tetap istiqomah, untuk tetap menjalankan perintah-Nya.
Wahai, Ayah, Ibu..
maafkan aku, aku tak pernah bermaksud untuk memerintahkanmu.
tapi demi Allah, aku hanya ingin mengingatkanmu.
entah itu baik atau buruk.
Wahai, Ayah, Ibu..
kau pun juga berhak menasihatiku jika aku salah,
jika aku lalai,
Wahai, Ayah, Ibu..
aku memang bersyukur memilikimu.
aku sangat bersyukur.
tapi,
Wahai, Ayah, Ibu..
aku juga ingin selalu engkau ingatkan, untuk selalu mengingat-Nya.
untuk selalu mengingatkanku tentang kebaikan.
mengingatkan untuk tetap menjadi manusia yang beriman dan bertakwa.
Wahai, Ayah, Ibu..
cinta kasihmu sangatlah besar kepadaku,
maka izinkanlah aku menjadi anak yang shalelah.
maka izinkanlah aku untuk mencintaiku hijabku,
maka izinkanlah aku untuk selalu menjaga pandanganku dan menjaga sentuhan laki-laki yang bukan mahramku.
maka izinkanlah aku mencintaimu, dengan menjalankan apa yang kau inginkan.
tentu atas izin-Nya, tentu atas aturan-Nya.
Wahai, Ayah, Ibu..
doakanlah saja, semoga anak perempuanmu ini,
bisa menjadi anak yang berbakti pada kedua orang tua,
agar menjadi anak yang shalehah.
doakanlah saja, semoga anak perempuanmu ini,
kelak akan mendapatkan kebahagiaan atas izin-Nya.
doakanlah saja, semoga anak perempuanmu ini,
akan tetap istiqomah di manapun, kapan pun, apapun aku nantinya.
Wahai, Ayah, Ibu..
dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baiknya perhiasan adalah wanita yang shalehah.
Wahai, Allah..
derai air mata di setiap sujud dan doaku.
Wahai, Allah..
aku berdoa,
aku berharap,
aku memohon,
semoga Kau bukakan pintu hatinya,
semoga Kau lembutkan hatinya,
semoga Kau maafkan kesalahan dan dosa-dosanya,
semoga Kau memberikan kebahagiaan untuknya, di dunia maupun akhirat.
semoga Kau jadikan kami,
manusia yang senantiasa mengingat dan berbakti pada-Mu.
semoga Kau tambahkan iman dan takwa kepada kami, Rabb..
Aamiin

Cantik kau lebih cantik dengan kesederhanaanmu,
kau lebih anggun dengan jilba syar'imu,
kau lebih indah bagai bunga yang sedang merekah,
cantik, tak perlu khawatir dengan penampilanmu.
Tak perlu khawatir, jika kau memakai jilbab syar'i lalu kau pikir tidak ada laki-laki yang menginginkanmu?
Itu salah, itu keliru cantik :)
Justru laki-laki akan menghormatimu, ia akan berharap kan dapatkanmu.
Oh cantik kau seperti mutiara yang terjaga,
tak seorang pun dapat menyentuhmu, kecuali pada pemiliknya.
Hai cantik, kau lebih cantik dengan jilbabmu.
Kau tahu cantik?
Kau lebih cantik dari mereka yang berdandan berlebihan, kau sungguh lebih anggun dengan kesederhanaanmu.
Wahai engkau yang berjiwa lembut,
coba kau tatap wajahmu, lalu kau ambil jilbab itu, setelah itu kau pakai.
Lihat dan perhatikanlah! Oh, MasyaAllah kau sungguh lebih cantik.
Allahuakbar, auramu lebih terlihat.
Oh cantik, rasakan dan resapilah kau akan tenang dengan jilbab indahmu.
Cantik, kau cantik, cantik.
Jagalah kecantikanmu.
Kau lebih indah dari pelangi,
kau lebih harum dari kasturi,
kau lebih bersinar daripada bintang.
Untukmu wahai perempuan cantik berhati lembut.

Wallahu a'lam.
Semoga bermanfaat untuk aku, kamu, dan kalian :)