Sabtu, 06 Februari 2016

Perjumpaan dengan Sang Kekasih



Perjumpaan ialah ketika kau ingin dan berharap bisa menatap wajah, mendengar suara bahkan ingin bercengkrama dalam ruang dan waktu yang sama dengan kekasih yang sangat kau rindukan. Kedatangannya sangat kau harapkan, dalam doa, dalam mimpi, dan dalam setiap gerak langkahmu. Kau hanya ingin bertemu dengan kekasihmu, kekasih yang kau dambakan, ya bertemu dengan kekasih sejati.
Bukan kah perjumpaan dengan kekasih adalah nikmat yang tak berbatas? Ia adalah umpama hasrat yang terpendam. Namun tersimpan dan begitu menggebu, segala cara akan dilakukan untuk memenuhi kerinduan seorang kekasih pada sang kekasih. Melakukan hal terbaik agar kekasihnya senantiasa meridhai, dan menjadikan cinta sang kekasih semakin berpendar. Kau melakukan hal-hal baik bukan karena ingin dipuji dengan kekasihmu tetapi lantaran kau hanya ingin kekasihmu semakin dekat, lebih dekat dari urat nadi. Hal yang akan membuat kekasihmu semakin cinta di antara cinta yang tak akan pernah lapuk.
Kekasih yang teramat mendalam kau cintai hingga membentuk ruang rindu. Lalu dalam doamu kau tak pernah letih berharap, bahwa kelak kau kan dapati kekasihmu dengan cara terindah dan penuh mesra. Kau berharap kelak perjumpaanmu dengan kekasih mampu menenggelamkanmu dalam bingkai rindu yang kau tata rapi penuh lembut
Perjumpaan dengan kekasih. Kekasih? Apa kau tahu siapa kekasih yang kumaksud di sini? Ialah Tuhan, Allah yang menciptakan segala semesta alam. Siapa yang tak ingin bertemu dengan Sang kekasih? Kau tahu, aku ingin sekali bertemu dengan kekasih dalam perjumpaan yang basah karena cinta-Nya yang selalu mengalir.
Entah, aku tak pernah tahu kapan aku bisa bertemu dengan kekasih hatiku. Tetapi kau harus tahu ada rasa takut yang menyelimuti diriku. Aku takut dan tak pernah tahu bagaimana cara Sang kekasih mengatur perjumpaanku dengan-Nya. Apakah kelak aku bisa bertemu dengan Sang kekasih dalam sebaik-baiknya perjumpaan atau dalam perjumpaan yang tak pernah kuinginkan?
Kau tahu? Aku memang ingin sekali berjumpa dengan Allah, tapi aku takut ketika malaikat pencabut nyawa datang menghampiriku dengan wajah masam. Lalu hendak mencabut nyawaku dengan pedih. Aku takut malaikat Izrail menarik ruhku dengan sangat memilukan. Aku takut ternyata ketika Allah hendak mengizinkan aku berjumpa dengan-Nya tetapi amalku masih sangat sedikit. Amalan dan ibadahku masih cacat, masih hina, masih kotor, terlalu banyak cela. Aku takut Allah mengizinkan aku bertemu dengan-Nya jangan-jangan karena Allah tak ingin aku hidup di dunia lebih lama karena sudah terlalu banyak dosa yang kuperbuat di dunia. Mungkin juga karena Allah tak ingin tanganku semakin berbuat kerusakan, lisanku semakin mengucapkan kata-kata yang akan menjadi sembilu pilu, langkahku yang tak digerakkan di jalan-Nya. Allahu Rabb, Rabbighfir Lii, betapa banyak dosaku, betapa hina dinanya diriku. Tetapi wahai Rabbku, kekasih sejatiku, izinkanlah aku menjadi hamba sebaik-baiknya hamba-Mu. Izinkanlah aku bertemu dengan-Mu dalam perjumpaan yang Kau tunggu dan Kau ridhai.
Mati ialah antara perjumpaan Sang kekasih dengan hamba-Nya dengan cara terbaik atau terburuk, semua kehendak ada di tangan-Nya. Aku, dan kau hanya bisa menunggu dan memperoleh perjumpaan yang dikehendaki-Nya sesuai dengan amalan dan ibadah di dunia. Lantas malaikat adalah perantara Allah, Allah kirimkan malaikat kepada manusia, entah dalam keadaan susah payah atau dalam keadaan ringan lagi cerah. Aku, dank au hanya bisa pasrah menerima keputusan-Nya, perjumpaan yang dikehendaki-Nya.
Katakanlah: "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikanmu, kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan." (QS. As Sajdah : 11)
Kau tahu semua hanya ada di tangan-Nya. Kau perlu tahu, bahwa aku memang ingin sekali berjumpa dan menghilangkan rasa rinduku pada Sang kekasih. Kalau saja aku bisa berjumpa dengan Sang kekasih dalam keadaan baik dan penuh cinta. Layaknya Allah yang menginginkan berjumpa dengan nabi Ibrahim. Itu ialah perjumpaan penuh cinta lagi mesra.
Pada suatu ketika Allah mengutus malaikat maut untuk mendatangi nabi Ibrahim untuk mencabut nyawanya, sebab telah tiba ajalnya. Melihat kedatangan malaikat maut nabi Ibrahi segera menyambut dengan mengatakan:
“Wahai malaikat maut, sampaikan kepada Allah; adakah Kekasih yang tega menyakiti dengan membunuh kesayangan-Nya?” Ketika malaikat maut mendapatkan pertanyaan tersebut, malaikat maut segera menuju Allah. Dia sampaikan pada Rabbnya, dan sungguh Allah mengetahui atas segala sesuatu dalam semua perkara. Lalu Allah berfirman:
“Katakan pada Ibrahim; adakah kekasih yang enggan untuk berjumpa dengan yang dicintainya?”
Malaikat maut pun segera mendatangi nabi Ibrahim untuk menyampaikan apa yang disampaikan Allah, dan nabi Ibrahim mendapatkan berita tersebut dengan wajah yang sangat cerah. Lalu nabi Ibrahim berkata:
“Wahai malaikat maut, cabut nyawaku sekarang juga!”
Siapa kah yang tak ingin berjumpa dengan kecintaan-Nya, siapa kah yang tak ingin dijemput malaikat maut dengan pernyataan penuh cinta dari kekasih-Nya? Pernyataan murni, lembut, dan penuh mesra. Akan kah kudapatkan perjumpaan dengan Sang kekasih dalam perjumpaan mesra yang menggetarkan jiwa, membuat wajah berseri-seri.

Wallahu a'lam.