Minggu, 10 Mei 2015

Telaga yang Tak Binasa

ada telaga yang menghapus dahaga
ada telaga yang menyeka haus saat terik mulai menyergap
ada telaga yang membuat hati tenang
dilihatnya air yang membentang luas
dirasakannya semilir angin yang menenangkan

telaga cinta
ya, telaga cinta namanya
telaga yang menguatkan
sebab kekuatan itu datang kembali
saat pandangan tertuju pada pemandangan asri
bertafakur pada-Nya

telaga cinta
menyejukkan mata dan hati
yang mulai rapuh dan jenuh

telaga cinta
yang akan menemani perjalanan panjangmu
yang akan menemani beratnya langkah kakimu
yang akan selalu membuatmu selalu bersyukur

telaga yang tak akan habis
itu telaga cinta namanya, hati

Bisakah?

Bisakah gerimis menghapus seluruh jejaknya sampai tak tersisa? Ataukah angin yang bertiup kencang yang menyapu bersih jejak-jejaknya
Bisakah angin membawa terbang serpihan tentangnya hingga terdampar dan tak kembali lagi
Bisakah asap menyapu semua tindak tanduknya yang terkadang mengusik batin.
Bisakah matahari menenggelamkan bongkahan-bongkahan rasa yang terkadang memancar dan menyilaukan
Bisakah ombak yang saling berkejaran menghanyutkan dan menenggelamkannya di dasar laut yang paling dalam
Bisakah bintang-bintang menutup cahayanya yang terkadang lebih bersinar dari bintang, hingga tak berbekas dan tak terlihat sedikit pun
Bisakah kertas putih merobek semua tentangnya yang tercatat dalam buku hingga tak berbekas
Bisakah pena mencoret namanya hingga tak bernama, dan tak terbaca.
Bisa?
Ya. Bisa.
Betapa haramnya. Haram

Hati. Jagalah hati.

Aku Rindu Padamu

Hai hati, aku rindu padamu, sungguh rindu padamu
Entah mengapa kamu berbeda, entah mengapa aku merasa ada sesuatu yang berubah pada dirimu
Hati, aku rindu padamu
Aku rindu kala kamu benar-benar mampu menjaga matamu dari pandangan seorang laki-laki
Aku rindu padamu yang dulu selalu berusaha menundukkan matamu ketika berbicara dengan laki-laki, atau bahkan hanya melihat lehernya saja
Aku rindu padamu, kamu yang saat itu bisa menyederhanakan segala perasaanmu
bukan mengungkitnya dan menceritakannya pada tulisan yang kamu tulis; tulisan yang berlebihan
Aku rindu padamu, hati
Rindu pada kamu yang ketika ada seorang laki-laki datang, mendekat kepadamu kamu takut sekali
Kamu selalu keringat dingin dan jantung berdegup kencang jika ada laki-laki yang mendekat dan mengajak kamu berbicara, siapa pun laki-laki itu
Aku rindu padamu yang benar-benar bisa tegar dan kuat dengan kondisi yang terkadang membuatmu lemah
tapi kamu tetap berusaha berdiri tegak, karena kamu yakin Allah selalu bersamamu
Aku rindu padamu, hati
Aku harap kamu bisa tetap istiqomah, sesulit apa pun kondisimu
sesulit apa pun lingkunganmu
Aku hanya ingin kamu tidak menyerah pada suatu keadaan yang membuat lupa akan luka kala itu
Aku hanya ingin kamu tetap mencintai Allah, sampai kapan pun
Jujur, aku rindu padamu, kala itu.


Jakarta, 30 Maret 2015.

LELAKI GEROBAK TUA


             Sore tadi kamu melihat lelaki tua berjalan tertatih, napasnya tersengal. Kamu menatapnya lamat-lamat, kamu pun mendekati lelaki tua itu. Ada kesedihan yang terpancar pada wajah lelaki tua. Kamu pun menegurnya, “ sini Pak saya bantu dorong gerobaknya,” kamu tersenyum sambil mendorong gerobak miliki lelaki tua. Sepanjang jalan lelaki tua itu hanya memandangimu saja, mungkin ia kagum dengamu, sebab masih ada anak muda memiliki kepekaan. Kamu tidak hanya melakukan hal tersebut satu atau dua kali, tapi berkali-kali selama berbulan-bulan.
               Lelaki tua itu menyapamu, “Nak, mengapa kau baik sekali? Mau menolongku padahal setauku anak muda sekarang ini kan biasanya gengsinya tinggi sekali,” kamu sontak mendengar kalimat dari lelaki itu. Kau pun menjawab lembut, “Pak, bagi saya bahagia adalah ketika saya mampu membuat orang lain tersenyum. Bahagia adalah ketika saya mampu menolong orang lain,” kamu tersnyum sambil membersihkan peluh yang membasahi wajah lelaki tua itu.
               Hari ini kamu menyiapkan tenagamu untuk menolong lelaki tua. Kamu membawakan makanan dan pakaian untuk lelaki itu. Wajahmu sungguh sangat merekah bak bunga indah. Lalu kamu pun langsung datang ke rumah lelaki tua itu, di sana ramai sekali. Kamu melihat ada perempuan yang kamu kenal: perempuan itu ternyata ibumu. Ibu yang bertahun-tahun telah meninggalkanmu. Ribuan pertanyaan menyesakkan dadamu, “mengapa ibu ada di sini?” perempuan tua sontak mendengar suaramu dan wajahmu, “kamu. Aku, dialah ayahmu, Nak,” kamu semakin bingung dan tidak mengerti. Kamu pun bertanya, “maksud ibu lelaki tua itu ayahku? Tapi kenapa ibu selalu mengatakan ayah sudah meninggal?” tubuhmu hampir jatuh, genangan air matamu deras membasahi wajahmu. Kini lelaki tua itu, ayahmu telah meninggal.

Halaqah Cinta 21

Ada cinta, selalu ada cinta di antara ruang yang membuat kita saling bertatap. Mendengar suara-suara indah . Bercakap dan bercengkrama atas izin-Nya. Kamu tahu? Kamu dan semua yang berada di Halaqah Cinta adalah orang-orang luar biasa yang aku miliki. Tak pernah aku bertemu denganmu sebelumnya, sayang. Cinta itu ternyata bukan hanya sekadar ucapan semata, tetapi cinta adalah ketika kamu selalu mengingatkanku pada kebaikan. Kamu yang selalu menasihtiku.
Cinta bukan sekadar hanya kebahagiaan. Kadang harus ada cobaan dan ujian yang membuat aku dan kamu harus bertahan. Berapa lama kita bertahan, sayangku, sahabatku? Sudah lama, kamu selalu membuatku jatuh. Jatuh pada cinta-Nya, jatuh pada taman bunga-bunga. Jatuh pada ruang bercahaya, mewangi.
Aku menyesal, ketika semua beban menyergapku. Ketika masalah datang bersamaan, aku selalu saja membuatmu kecewa. Aku menyalahkanmu, padahal aku tahu, kamu tak pernah salah. Hanya saja aku terlalu memikirkan diri sendiri. Aku yang selalu memendam dan tidak mau terbuka dengan kamu. Itulah salahnya, sebab masih saja menganggapmu orang lain. Aku bukan tak ingin berbagi sayangku, hanya saja aku takut mengganggumu. Aku takut justru akan membuat segalanya menjadi rumit.
Sayangku, selalu ada orang-orang yang menguatkanku dalam mengarungi kehidupan. Akan ada orang-orang yang selalu membuatku merasa ringan dalam menghadapi bebanku. Beban yang terkadang membuatku hampir saja melebur dan hancur. Tapi, kamu, kamulah yang menguatkan. Kamulah yang meringankan beban.
Jangan, jangan tinggalkan aku sendiri sayang. Aku selalu berdoa, agar Allah menjagaku melalui kamu. Aku selalu berdoa semoga cintaku padamu semakin berpendar di antara malam sunyi, ruang gelap. Jika kekacauan dimulai dan bermula dari aku, maafkanlah, sayang. Sungguh, aku tak akan sanggup menjauh dan pergi darimu.

Untuk sang murabbi, aku hanya kapas yang terkadang terbawa angin lembut
aku bisa terbang bahkan pergi ke tempat yang membuatku jatuh
tapi aku hanya ingin jatuh bersama cintamu, atas cinta-Nya
aku tetap ingin berada dalam lingkaran yang selalu membuatku mampu selalu mengelilingi cinta-Nya.

hai sahabat, maaf, maaf bila semua kejenuhan
semua bebanku, kuberikan padamu
sahabat, sungguh sampai saat ini
sampai hari ini aku belum menemukan sahabat sepertimu
sungguh, aku merasa sangat membutuhkanmu ketik,
aku butuh nasihatmu
aku butuh bentakanmu
yang mampu mengingatkanku pada jalan lurus-Nya

biarlah
biar cinta ini bermekar selalu
biar Allah yang menyiraminya
biar Allah yang memekarkannya
biar Allah yang mengharumkannya.

Biarlah Aku Pada-Mu

Biar, biarkan aku jatuh
jatuh pada cinta-Mu, lebih dalam dan jauh
biar, dan izinkanlah aku terus berkeliling pada lingkaran cinta-Mu yang tak akan membuatku jenuh

biarlah aku mekar
mekar seperti bunga di suatu tempat meski terik membakar
tetap merekah seperti bunga, tak peduli jika harus tertimpa pohon berakar besar

biarkan dan biarlah aku tetap menyulam syukur
meski ruang gelap, sunyi, dan semua orang tertidur
aku hanya ingin tetap bersama-Mu di saat orang-orang tak lagi ingin bertafakur.

Puisi Untukmu

Sungguh ini bukan pertama kalinya aku menuliskan puisi
untukmu, tentangmu
sudah terlalu sering kumenuliskan untukmu

tahukah kamu?
kamu sudah terlalu lama singgah di ruang kecilku
satu tahun? dua tahun? ah, tidak lebih dari itu

ingin kumenutup rapat-rapat ruang kecil itu
namun nyatanya sulit bagiku
banyak kejadian yang selalu berbicara di ruang memoriku

aku ingin mengatakan bahwa puluhan bunga-bunga itu telah mengelilingiku
sejak lama, lama sekali
menyisakan sebuah tanya
apakah kamu tahu ini apa namanya?

di ruang kecil, hanya ada kamu
kamu, kamu, dan kamu lagi

lantas aku masih memaksa:
bisakah kamu yang benar-benar menempati ruang kecilku?
bukan hanya bayangan
bukan hanya harapan
bukan hanya impian

sungguh, di ruang kecil ini belum ada nama yang tergantikan
kamu, kamu, dan lagi-lagi kamu
meskipun demikian, aku hanya ingin berada di ruang hiruk pikuk
yang mampu menenggelamkanmu
dalam ruang gelap, tak bersua.