Perjumpaan ialah ketika kau ingin dan
berharap bisa menatap wajah, mendengar suara bahkan ingin bercengkrama dalam
ruang dan waktu yang sama dengan kekasih yang sangat kau rindukan.
Kedatangannya sangat kau harapkan, dalam doa, dalam mimpi, dan dalam setiap
gerak langkahmu. Kau hanya ingin bertemu dengan kekasihmu, kekasih yang kau
dambakan, ya bertemu dengan kekasih sejati.
Bukan kah perjumpaan dengan kekasih
adalah nikmat yang tak berbatas? Ia adalah umpama hasrat yang terpendam. Namun
tersimpan dan begitu menggebu, segala cara akan dilakukan untuk memenuhi
kerinduan seorang kekasih pada sang kekasih. Melakukan hal terbaik agar
kekasihnya senantiasa meridhai, dan menjadikan cinta sang kekasih semakin
berpendar. Kau melakukan hal-hal baik bukan karena ingin dipuji dengan
kekasihmu tetapi lantaran kau hanya ingin kekasihmu semakin dekat, lebih dekat
dari urat nadi. Hal yang akan membuat kekasihmu semakin cinta di antara cinta
yang tak akan pernah lapuk.
Kekasih yang teramat mendalam kau cintai
hingga membentuk ruang rindu. Lalu dalam doamu kau tak pernah letih berharap, bahwa
kelak kau kan dapati kekasihmu dengan cara terindah dan penuh mesra. Kau
berharap kelak perjumpaanmu dengan kekasih mampu menenggelamkanmu dalam bingkai
rindu yang kau tata rapi penuh lembut
Perjumpaan dengan kekasih. Kekasih? Apa
kau tahu siapa kekasih yang kumaksud di sini? Ialah Tuhan, Allah yang
menciptakan segala semesta alam. Siapa yang tak ingin bertemu dengan Sang
kekasih? Kau tahu, aku ingin sekali bertemu dengan kekasih dalam perjumpaan
yang basah karena cinta-Nya yang selalu mengalir.
Entah, aku tak pernah tahu kapan aku
bisa bertemu dengan kekasih hatiku. Tetapi kau harus tahu ada rasa takut yang
menyelimuti diriku. Aku takut dan tak pernah tahu bagaimana cara Sang kekasih
mengatur perjumpaanku dengan-Nya. Apakah kelak aku bisa bertemu dengan Sang
kekasih dalam sebaik-baiknya perjumpaan atau dalam perjumpaan yang tak pernah
kuinginkan?
Kau tahu? Aku memang ingin sekali
berjumpa dengan Allah, tapi aku takut ketika malaikat pencabut nyawa datang menghampiriku
dengan wajah masam. Lalu hendak mencabut nyawaku dengan pedih. Aku takut
malaikat Izrail menarik ruhku dengan sangat memilukan. Aku takut ternyata
ketika Allah hendak mengizinkan aku berjumpa dengan-Nya tetapi amalku masih
sangat sedikit. Amalan dan ibadahku masih cacat, masih hina, masih kotor, terlalu
banyak cela. Aku takut Allah mengizinkan aku bertemu dengan-Nya jangan-jangan
karena Allah tak ingin aku hidup di dunia lebih lama karena sudah terlalu
banyak dosa yang kuperbuat di dunia. Mungkin juga karena Allah tak ingin
tanganku semakin berbuat kerusakan, lisanku semakin mengucapkan kata-kata yang
akan menjadi sembilu pilu, langkahku yang tak digerakkan di jalan-Nya. Allahu
Rabb, Rabbighfir Lii, betapa banyak
dosaku, betapa hina dinanya diriku. Tetapi wahai Rabbku, kekasih sejatiku,
izinkanlah aku menjadi hamba sebaik-baiknya hamba-Mu. Izinkanlah aku bertemu
dengan-Mu dalam perjumpaan yang Kau tunggu dan Kau ridhai.
Mati ialah antara perjumpaan Sang
kekasih dengan hamba-Nya dengan cara terbaik atau terburuk, semua kehendak ada
di tangan-Nya. Aku, dan kau hanya bisa menunggu dan memperoleh perjumpaan yang
dikehendaki-Nya sesuai dengan amalan dan ibadah di dunia. Lantas malaikat
adalah perantara Allah, Allah kirimkan malaikat kepada manusia, entah dalam
keadaan susah payah atau dalam keadaan ringan lagi cerah. Aku, dank au hanya
bisa pasrah menerima keputusan-Nya, perjumpaan yang dikehendaki-Nya.
Katakanlah: "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikanmu, kemudian
hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan." (QS. As Sajdah : 11)
Kau tahu semua hanya
ada di tangan-Nya. Kau perlu tahu, bahwa aku memang ingin sekali berjumpa dan
menghilangkan rasa rinduku pada Sang kekasih. Kalau saja aku bisa berjumpa
dengan Sang kekasih dalam keadaan baik dan penuh cinta. Layaknya Allah yang
menginginkan berjumpa dengan nabi Ibrahim. Itu ialah perjumpaan penuh cinta
lagi mesra.
Pada suatu ketika Allah
mengutus malaikat maut untuk mendatangi nabi Ibrahim untuk mencabut nyawanya,
sebab telah tiba ajalnya. Melihat kedatangan malaikat maut nabi Ibrahi segera
menyambut dengan mengatakan:
“Wahai malaikat maut,
sampaikan kepada Allah; adakah Kekasih yang tega menyakiti dengan membunuh
kesayangan-Nya?” Ketika malaikat maut mendapatkan pertanyaan tersebut, malaikat
maut segera menuju Allah. Dia sampaikan pada Rabbnya, dan sungguh Allah
mengetahui atas segala sesuatu dalam semua perkara. Lalu Allah berfirman:
“Katakan pada Ibrahim;
adakah kekasih yang enggan untuk berjumpa dengan yang dicintainya?”
Malaikat maut pun
segera mendatangi nabi Ibrahim untuk menyampaikan apa yang disampaikan Allah,
dan nabi Ibrahim mendapatkan berita tersebut dengan wajah yang sangat cerah. Lalu
nabi Ibrahim berkata:
“Wahai malaikat maut,
cabut nyawaku sekarang juga!”
Siapa kah yang tak
ingin berjumpa dengan kecintaan-Nya, siapa kah yang tak ingin dijemput malaikat
maut dengan pernyataan penuh cinta dari kekasih-Nya? Pernyataan murni, lembut,
dan penuh mesra. Akan kah kudapatkan perjumpaan dengan Sang kekasih dalam
perjumpaan mesra yang menggetarkan jiwa, membuat wajah berseri-seri.
Wallahu a'lam.