Siang tadi
hujan merembasi ibukota. Lalu lintas tak terlihat begitu gaduh dan rumit
seperti biasanya. Aku hanya memandang jalan raya di gedung bertingkat. Di pot
taman gedung bertingkat itu aku melihat kupu-kupu perak, aku pun mencoba
mendekati tapi kupu-kupu itu pergi. Aku kembali pada posisiku, lalu kupu-kupu
perak itu menempel di jilbab putihku yang menari-nari karena angin.
Saatku sedang
melamun ada suara wanita yang menghapus lamunanku. Wanita itu mengajakku pergi
ke rumahnya, lebih tepat ke kamarnya. Wanita itu tertawa lepas, giginya yang
putih dan rapi terlihat jelas. Ia memegang pipiku dengan lembut. Setelah itu
aku dan dia mencari bunga melati, ia memberikan melati yang dipetiknya untukku.
Lalu ia memintaku untuk melihat langit siang itu, ada rangkaian awan yang
membentuk kembang langit. Kembang langit itu menggambarkan dua kembang cantik
yang sedang memetik bunga melati.
Dia menarik
tanganku, mengajakku untuk berputar-putar mengelilingi taman di dekat rumahnya.
Aku pun terjatuh dan tersandung batu. Aku tersentak! Peristiwa tadi seperti
nyata, atau memang hanya perasaanku saja? Sesaatku ingat, sudah dua belas tahun
wanita itu pergi. Air mata melati pun jatuh menggenangi permukaan wajah. Ia
telah meninggal dua belas tahun yang lalu.
Jakarta, 21 Januari 2015
Jakarta, 21 Januari 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar