Minggu, 19 Juli 2015

Wanita Melati




Siang tadi hujan merembasi ibukota. Lalu lintas tak terlihat begitu gaduh dan rumit seperti biasanya. Aku hanya memandang jalan raya di gedung bertingkat. Di pot taman gedung bertingkat itu aku melihat kupu-kupu perak, aku pun mencoba mendekati tapi kupu-kupu itu pergi. Aku kembali pada posisiku, lalu kupu-kupu perak itu menempel di jilbab putihku yang menari-nari karena angin.
Saatku sedang melamun ada suara wanita yang menghapus lamunanku. Wanita itu mengajakku pergi ke rumahnya, lebih tepat ke kamarnya. Wanita itu tertawa lepas, giginya yang putih dan rapi terlihat jelas. Ia memegang pipiku dengan lembut. Setelah itu aku dan dia mencari bunga melati, ia memberikan melati yang dipetiknya untukku. Lalu ia memintaku untuk melihat langit siang itu, ada rangkaian awan yang membentuk kembang langit. Kembang langit itu menggambarkan dua kembang cantik yang sedang memetik bunga melati.
Dia menarik tanganku, mengajakku untuk berputar-putar mengelilingi taman di dekat rumahnya. Aku pun terjatuh dan tersandung batu. Aku tersentak! Peristiwa tadi seperti nyata, atau memang hanya perasaanku saja? Sesaatku ingat, sudah dua belas tahun wanita itu pergi. Air mata melati pun jatuh menggenangi permukaan wajah. Ia telah meninggal dua belas tahun yang lalu.

Jakarta, 21 Januari 2015

Tidak ada komentar: