Minggu, 27 September 2015

KAJIAN PRINSIP MAKSIM KERJASAMA, KESANTUNAN BERBAHASA, DAN SPEAKING PADA ACARA KICK ANDY SHOW (GURU CACAT PEMBERI SEMANGAT)



A.    Pendahuluan
Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer, yang diperkuat dengan gerak-gerik badaniah yang nyata. Ia merupakan symbol karena rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia harus diberikan makna tertentu. Simbol adalah tanda yang diberikan makna tertentu, yaitu mengacu kepada sesuatu yang dapat diserap panca indera.
Bahasa memunyai ciri utama yang merupakan hakikat bahasa. Dengan mengetahui aneka prinsip dasar bahasa maka para guru telah mempunyai modal utama dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Bahasa juga mempunyai fungsi yang beraneka ragam.
Bahasa itu dinamis selalu berubah-rubah dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu kita tidak perlu heran bahwa bahasa tidak memaiinkan peranan yang ponstans pada situasi sosial yang berbeda. Peranan dan fungsi bahasa bergantung kepada situasi dan kondisi, bergantung pada konteks.
Bahasa adalah alat yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dan berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa adanya bahasa proses sosialiasi tidak akan berjalan dengan baik dan lancar. Bahasa merupakan hal yang paling penting yang dimiliki oleh setiap manusia di dunia. Bahasa dapat mempengaruhi manusia. Kalau penutur ingin menyampaikan sesuatu dan penutur ingin mengetahui respond si pendengar, maka si penutur bisa melihat umpan balik, yang dapat terwujud melalui perilaku tertentu yang dilakukan pendengar setelah mendengar ucapan atau ujaran yang disampaikan oleh penutur atau pembicara.
Bahasa merupakan media untuk manusia agar bisa saling berkomunikasi. Ketika kita berkomunikasi tentunya dan seharusnya kita menggunakan bahasa yang baik dan benar agar mudah dipahami. Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berkomunikasi. Namun terkadang banyak orang yang ketika berkomunikasi tidak berjalan dengan lancar dan baik, tidak efisen dan efektif. Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh Wijana (1996:450) bahwa seorang penutur akan berusaha agar tuturannya selalu relevan dengan konteks, jelas dan mudah dipahami, padat dan ringkas dan selalu pada persoalan sehingga tidak menghabiskan waktu lawan bicara.
B.    Kajian Teori
1.     Prinsip Kerjasama
Dalam berkoumunikasi tentu harus ada penutur dan mitra tutur. Agar tuturan-tuturan dapat diutarakan  dapat diterima oleh lawan bicaranya, penutur pada lazimya mempertimbangkan secara seksama berbagai faktor pragmatik yang terlibat atau mungkin terlibat dalam suatu proses komunikasi tersebut (Wijana, 2004:54). Secara sederhana ada tiga aspek yang dipertimbangkan oleh penutur dan lawan tutur. Aspek-aspek itu adalah prinsip kerjasama, prinsip kesopanan dan parameter pragmatik. Agar tuturan-tuturan dapat diutarakan  dapat diterima oleh lawan bicaranya, penutur pada lazimya mempertimbangkan secara seksama berbagai faktor pragmatik yang terlibat atau mungkin terlibat dalam suatu proses komunikasi tersebut (Wijana, 2004:54). Secara sederhana ada tiga aspek yang dipertimbangkan oleh penutur dan lawan tutur. Aspek-aspek itu adalah prinsip kerjasama, prinsip kesopanan dan parameter pragmatik. Berikut akan dijelaskan mengenai prinsip kerjasama. Prinsip kerjasama Grice meliputi empat maksim (prinsip), yaitu.
a. Maksim Kuantitas
Di dalam maksim kuantitas, seorang penutur diharapkan dapat memberikan informasi yang cukup, relative memadai, dan seinformatif mungkin. Informasi demikian tidak boleh melebihi informasi yang sebenarnya dibutuhkan si mitra tutur. Pada prinsip ini pada umumnya memakai bahasa tidak kurang dan tidak lebih, dan dalam batasan ini penutur berupaya meyakini seberapa jauh penguasaan mitra tutur tentang informasi yang hendak disampaikan dan perilaku yang diharapkan.
b.     Maksim Kualitas
Dalam maksim kualitas, seorang penutur diharapkan dengan menyampaikan sesuatu yang nyata dan sesuai fakta sebenarnya di dalam bertutur. Pada prinsip kualitas, komunikasi berlangsung dalam realitas konkret dan abstrak dari aspek-aspek situasi di mana komunikasi itu berlangsung dan pranata pengetahuan penuturnya.
c.      Maksim Relevansi
Di dalam maksim relevansi, dinyatakan bahwa agar terjalin kerja sama yang baik antara penutur dan mitra tutur, masing-masing hendaknya dapat memberikan kontribusi yang relevan tentang sesuatu yang sedang dipertuturkan. Penutur dan mitra tutur dituntut untuk bermakna dan bertutur dalam permasalahan atau topic yang diangkat sebagai fokus. Dengan demikan, semua penjelasan, tanggapan, sanggahan, dan tindakan harus memiliki kaitan dengan topic yang dibicarakan.
d.     Maksim Pelaksanaan
Maksim pelaksanaan ini mengharuskan peserta pertuturan bertutur secara lagsung, jelas, dan tidak kabur. Prinsip Grice berbunyi “Usahakan perkataan Anda mudah dimengerti” memiliki empat subprinsip, yaitu (1) hindari pertanyaan yang samar, (2) hindari ketaksaan, (3) usahakan agar ringkas, dan, (4) usahakan agar Anda berbicara dengan teratur. Prinsip tersebut berkaitan dengan norma-norma dan cara-cara penyampaian yang serasi antarpenutur.
Ketika dalam berkomunikasi agar tercipta komunikasi yang efektif dan efisien, dalam berkomunikasi kita bukan hanya saja memakai prinsip kerja sama akan tetapi juga jangan sampai lupa memakai prinsip kesantunan dalam berkomunikasi. Ada beberapa prinsip kesantunan dalam berbahasa dan berkomunikasi. Prinsip kesantunan menurut Leech (1983) ada beberapa prinsip.
2.     Prinsip Kesantunan  
Kesantunan bersifat relatif di dalam masyarakat. Ujaran tertentu bisa dikatakan santun di dalam suatu kelompok masyarakat tertentu, akan tetapi di kelompok masyarakat lain bisa dikatakan tidak santun. Menurut Zamzani,dkk. (2010:2) kesantunan (politeness) merupakan perilaku yang diekspresikan dengan cara yang baik atau beretika. Kesantunan merupakan fenomena kultural, sehingga apa yang dianggap santun oleh suatu kultur mungkin tidak demikian halnya dengan kultur yang lain. Tujuan kesantunan, termasuk kesantunan berbahasa, adalah membuat suasana berinteraksi menyenangkan, tidak mengancam muka dan efektif. Kesantunan berbahasa dapat dilakukan dengan cara pelaku tutur mematuhi prinsip sopan santun berbahasa yang berlaku di masyarakat pemakai bahasa itu. Jadi, diharapkan pelaku tutur dalam bertutur dengan mitra tuturnya untuk tidak mengabaikan prinsip sopan santun. Hal ini untuk menjaga hubungan baik antara penutur dengan mitra tuturnya.
a.     Maksim Kebijaksanaan
Dalam prinsip kesantunan adalah bahwa para peserta pertuturan hendaknya berpegang pada prinsip untuk selalu mengurangi keuntungan dirinya sendiri dan memaksimalkan keuntungan pihak lain dalam kegiatan bertutur. Orang bertutur yang berpegang dan melaksanakan maksim kebijaksanaan akan dapat dikatakan sebagai orang santun. Dengan kata lain, menurut maksim ini, kesantunan dalam bertutur dapat dilakukan apabila maksim kebijaksanaan dilaksanakan dengan baik.
b.     Maksim Kedermawanan
Dengan maksim kedermawanan atau maksim kemurahan hati, para peserta pertuturan diharapkan dapat menghormati orang lain. Penghormatan terhadap orang lain akan terjadi apabila orang dapat mengurangi keuntungan bagi dirinya sendiri dan memaksimalkan bagi pihak lain.
c.      Maksim Penghargaan
Di dalam maksim penghargaan dijelaskan bahwa orang akan dapat dianggap santun apabila dalam bertutur selalu berusaha memberikan penghargaan kepada pihak lain. Dengan maksim ini, diharapkan agar para peserta pertuturan tidak saling mengejek, saling mencaci, atau saling merendahkan pihak yang lain.
d.     Maksim Kesederhanaan
Di dalam maksim kesederhanaan atau maksim kerendahan hati, peserta tutur diharapkan dapat bersikap rendah hati dengan dengan cara mengurangi pujian terhadap dirinya sendiri. Orang akan dikatakan sombong dan congkak hati apabila di dalam kegiatan bertutur selalu memuji dan mengunggulkan dirinya sendiri.
e.     Maksim Pemufakatan
Peserta tutur dapat saling membina kecocokan atau kemufakatan di dalam kegiatan bertutur. Apabila terdapat kemufakatan atau kecocokan antara diri penutur dan mitra tutur dalam kegiatan bertutur, masing-masing dari mereka akan dapat dikatakan bersikap santun. Wijana (1996: 59) menggunakan istilah maksim kecocokan dalam maksim permufakatan ini. Maksim kecocokan ini diungkapkan dengan kalimat ekspresif dan asertif. Maksim kecocokan menggariskan setiap penutur dan lawan tutur untuk memaksimalkan kecocokan di antara mereka, dan meminimalkan ketidakcocokan di antara mereka.
f.      Maksim Kesimpatisan
Leech (1993: 207) mengatakan di dalam maksim ini diharapkan agar para peserta tutur dapat memaksimalkan sikap simpati antara pihak yang satu dengan pihak lainnya. Sikap antipati terhadap salah seorang peserta tutur akan dianggap sebagai tindakan tidak santun. Orang yang bersikap antipati terhadap orang lain, apalagi sampai bersikap sinis terhadap pihak lain, akan dianggap sebagai orang yang tidak tahu sopan santun di dalam masyarakat (Rahardi, 2005: 65). Menurut Wijana (1996: 60), jika lawan tutur mendapatkan kesuksesan atau kebahagiaan, penutur wajib memberikan ucapan selamat. Bila lawan tutur mendapatkan kesusahan, atau musibah, penutur layak turut berduka, atau mengutarakan ucapan bela sungkawa sebagai tanda kesimpatian.
3.     SPEAKING
Bahasa adalah alat interaksi sosial atau alat komunikasi manusia. Dalam setiap komunikasi manusia saling menyampaikan informasi yang dapat berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan, maupun emosi secara langsung. Dalam berkomunikasi akan tercipta peristiwa tutur jika terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistic dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok aturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu. Dell Hymes (1972), seorang pakar sosiolinguistik terkenal, bahwa suatu peristiwa tutur harus memenuhi delapan komponen, dengan akronim SPEAKING.
a.   Setting and Scene. Di sini setting berkenaan dengan tempat dan waktu terjadinya komunikasi, sedangkan scene mengacu pada situasi tempat dan waktu atau situasi psikologis pembicaraan.
b.   Participants adalah pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan, bisa pembicara dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan penerima (pesan).
c.   Ends, merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan.
d.   Act sequence, mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran. Bentuk ujaran ini berkenaan dengan kata-kata yang digunakan, bagaimana penggunaannya dan hubungan antara apa yang dikatakan dengan topik pembicaraan.
e.   Key, mengacu pada nada, cara, dan semangat dimana suatu pesan disampaikan dengan senang hati, serius, semangat, dengan singkat, sombong, dan sebagainya.
f.    Instrumentalities mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur lisan, tertulis, melalui telegraf atau telepon.
g.   Norm, mengacu pada norma atau aturan dalam berinteraksi.
h.   Genre, mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi, pepatah, doa, dialog, dan sebagainya.

C.    Pembahasan
1.     Maksim Kerjasama
a.     Maksim Kuantitas
1)     Pemenuhan
Andy                  : Apa kabar Pak Untung?
Untung               : Baik
Andy                  : Apa benar Anda seorang guru?
Untung               : Insya Allah benar
Andy                  : Guru dimana?
Untung               : di MI dan MTs Miftahul Ulum, Batang-batang,
  Sumenep, Madura.

***

Andy                  : Jadi waktu itu nggak dibayar?
Untung               : Dibayar Rp 5.000,-
Andy                  : Dan diterima dengan suka cita?
Untung               : Iya
***

Andy                  : Anda bahagia?
Untung               : Alhamdulillah.
Andy                  : Status Anda sekarang guru tetap atau guru
                             honorer?
Untung               : Guru honorer.

     Dialog di atas telah memenuhi maksim kuantitas karena mitra tutur menjawab pertanyaan dengan secukupnya, memberikan jawaban seinformatif mungkin dan tidak melebihi yang dibutuhkan. Penutur bertanya singkat dan jelas, maka si lawan tutur juga menjawab dengan benar, dan seperlunya.
2)     Pelanggaran

Andy      : Sudah berapa lama menjadi guru?
Untung   : mulai tahun 1992 dengan kondisi tanpa tangan seperti ini.
***
Andy     : Kondisi fisik Anda seperti ini sejak lahir?
Untung : Ya sejak lahir. Dulunya sebenarnya orang tua saya melarang saya untuk sekolah karena orang tua saya malu. Sampai bertanya, kamu  mau sekolah dengan seperti itu gimana? Akhirnya saya bertekad ikut kakak saya tanpa memberitahukan orang tua saya masuk di SDN 2 Batang-Batang.
***
Andy      : Milih gampang tapi apakah dia mau?
Untung   : Katanya sih, katanya setelah sampai akad nikah  dilaksanakan dia cerita ketika saya kenal sampean tiap malam saya tidak bisa melupakan wajah sampean.
     Percakapan di atas melanggar maksim kuantitas karena lawan tutur menjawab pertanyaan yang lebih dari pertanyaan yang telah diajukan penutur. Tidak menjawab respon secukupnya, artinya melebihkan jawaban.
b.     Maksim Kualitas
1)     Pemenuhan
Andy     : Saya mohon maaf nih, biasanya guru menulis di papan tulis, memberikan nilai ujian, dan ulangan. Dengan kondisi seperti ini bagaimana Anda bisa melaksanakan tugas sebagai seorang guru?
Untung   : Ya semuanya saya laksanakan dengan menggunakan kaki, menulis di papan tulis memakai kaki, mengisi data nilai pakai kaki, bahkan mengerjakan administrasi kantor pakai kaki.
***
Andy      : Lalu bagaimana ceritanya Pak Untung bisa menjadi guru? Dan pakai ijazah apa?
Untung   : Pada mulanya di lembaga kami, MI Miftahul
Ulum itu pada mulanya tidak ada bayaran jadi semua yang lulusan
PGA, SGO itu biasanya pada zaman itu tidak mau mengajar karena
memang  tidak ada bayarannya.          
Andy      : Tapi kenapa Pak Untung mau?
Untung   : Sebenarnya saya termotivasi dengan cerita guru saya tentang Kiai Haji Wasid Hasyim, K.H. Ahmad Dahlan, Ki Hajar Dewantara. Mereka mengajar tanpa pamrih. Saya ingin meniru jejak beliau.
       Percakapan di atas telah memenuhi maksim kualitas karena lawan tutur memberikan informasi yang benar dan meyakinkan. Pertanyaan Andy ke Untung dijawab dengan benar dan meyakinkan, sesuai dengan fakta yang Untung alami.

c.      Maksim Hubungan
1)     Pemenuhan
Andy      : Apa kabar Pak Untung?
Untung   : Baik
Andy      : Apa benar Anda seorang guru?
Untung   : Insya Allah benar
Andy      : Guru dimana?
Untung  : di MI dan MTs Miftahul Ulum, Batang-batang, Sumenep, 
  Madura.
Andy     : Ngajar apa Pak Untung?
Untung  : Pertama ketika saya keluar pesantren saya mengajar bahasa Arab, setelah itu Al quran dan hadist, kemudian di pelajaran umum IPS,   fiqih, aqidah sekaligus PPKN.
Andy               : Banyak sekali ya.
Untung            : Iya
       Percakapan di atas telah memenuhi maksim hubungan, pertanyaan dan jawaban saling berhubungan. Pada percakapan di atas, penutur bertanya dan lawan tutur wajib untuk menjawab, dan jawaban yang disampaikan Pak Untung berhubungan dengan pertanyaan Kick Andy. Berhubungan dengan informasi dan topik pertanyaannya.
2)     Pelanggaran
Andy        : Sudah berapa lama menjadi guru?
Untung     : mulai tahun 1992 dengan kondisi tanpa tangan seperti ini.
***
Andy        : Lalu bagaimana ceritanya Pak Untung bisa menjadi guru? Dan pakai ijazah apa?
Guru         : Pada mulanya di lembaga kami, MI Miftahul Ulum itu pada mulanya tidak ada bayaran jadi semua yang lulusan PGA, SGO itu biasanya pada zaman itu tidak mau mengajar karena memang tidak ada bayarannya.
       Percakapan di atas tidak sesuai dengan maksim hubungan atau relevansi karena tidak ada hubungannya antara pertanyaan dengan jawaban. Pada percakapan di atas Andy bertanya berapa lama menjadi guru tetapi Untung menjawab sejak pertama kali menjadi guru pada tahun 1992.

d.     Maksim Cara
Pelanggaran
Andy        : Tapi kenapa Pak Untung mau?
Untung     : Sebenarnya saya termotivasi dengan cerita guru saya tentang Kiai Haji Wasid Hasyim, K.H. Ahmad Dahlan, Ki Hajar Dewantara. Mereka mengajar tanpa pamrih. Saya ingin meniru jejak beliau.
            Dialog di atas melanggar maksim cara karena Pak Untung tidak hanya memberikan sumbangan informasi yang tidak memadai (melanggar maksim kuantitas), tetapi juga menyampaikan informasi secara berbelit-belit (melanggar maksim cara).

2.     Prinsip Kesantunan
a.     Prinsip Kesimpatian
Untung : Pada mulanya di lembaga kami, MI Miftahul Ulum itu pada mulanya tidak ada bayaran jadi semua yang lulusan PGA, SGO itu biasanya pada zaman itu tidak mau mengajar karena memang  tidak ada bayarannya.
Andy  :Tapi kenapa Pak Untung mau?
Untung : Sebenarnya saya termotivasi dengan cerita guru saya tentang Kiai Haji Wasid Hasyim, K.H. Ahmad Dahlan, Ki Hajar Dewantara. Mereka mengajar tanpa pamrih. Saya ingin meniru jejak beliau.
            Dialog di atas merupakan prinsip kesantunan, karena Untung menjelaskan mengapa dia bisa mengajar di sekolahnya saat ini. Lalu ketika Andy mendengar penjelasan Untung, Andy merasa simpati “Tapi kenapa Pak Untung mau” dari kalimat tersebutlah terlihat kesimpatian dari Kick Andy.

3.     SPEAKING
Tempat percakapan di studio MetroTv, waktunya tidak tahu karena boleh mengambil dari youtube. Situasi yang tergambar dalam dialog Kick Andy Show- Guru Cacat Pemberi semangat, sangat terlihat sekali situasi pada acara tersebut (dialog) tersebut situasi yang menyenangkan, dan mengharukan. Pihak yang terlibat dalam Show tersebut ialah Kick Andy sebagai pewawancara dan Untung sebagai narasumber, yakni seorang guru cacat tetapi penuh semangat. Maksud dan tujuan dari dialog yang terdapat dalam acara Kick Andy show ialah guru (pak Untung) yang menceritakan kisah hidup dan perjuangannya untuk menjadi guru. Pada percakapan tersebut terjadi pada acara nonformal, pada acara show yaitu Kick Andy Show. Dialog yang terdapat pada Show tersebut ialah berisi tentang topic pembicaraan seorang guru. Guru cacat pemberi semangat. Pada dialog tersebut terlihat jelas apa yang disampaikan seorang guru yang cacat dan penanya (Kick Andy) sama-sama semangat, dan mampu menghibur. Instrument pada dialog tersebut ialah jalur lisan, bertemu langsung dan saling bercakap-cakap. Norma pada dialog tersebut tidak mengarah ke sesuatu yang buruk akan tetapi mengarah pada hal yang sangat baik, dan positif. Genre pada dialog tersebut ialah berupa dialog interaktif antara penutur (pewawancara), dan lawan tutur (narasumber; guru cacat pemberi semangat)

D.    Simpulan
Dalam berbahasa, dalam berkomunikasi tentu harus ada penutur, lawan tutur, dan topik pembicaraan. Hal tersebut merupakan hal terpenting dalam sebuah komunikasi, agar berjalan dengan baik dan efektif. Dalam berkomunikasi bukan hanya mengenai keefektikan dan keefisienan saja akan tetapi dalam berbahasa, berkomunikasi harus menggunakan prinsip kerjasama agar terciptanya komunikasi yang lebih baik. Selain itu juga, agar informasi dan jawaban dapat diterima dengan baik. Dalam berbahasa, berkomunikasi bukan hanya tentang prinsip kerjasama saja tetapi ada prinsip kesantunan, sebab kesantunan sangat diperlukan dan menjadi hal yang sangat penting agar tercipta dan terjalin hubungan yang baik pula antara penutur dan lawan tutur.
Pada dialog yang ada pada Kick Andy Show, ialah maksim kuantitas berjumlah tiga sedangkan pelanggarannya berjumlah dua. Pada maksim kualitas pemenuhannya berjumlah dua. Pada maksim relevansi berjumlah satu dan pelanggarannya satu. Pada maksim cara hanya terdapat satu pelanggaran.


DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2010. Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta
Rahadi, Kunjana. 2010. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Tidak ada komentar: