Suatu malam aku bermimpi tentang seorang pemimpin; pemimpin Ibu Pertiwi
mimpiku sungguh menyeramkan
pemimpinku naik becak, blusukan
mondar-mandir ke jalan kecil, becek, sumpekdi dalam mimpiku juga ia seperti Umar yang berkeliling kota
yang hidupnya sederhana
namun itu dusta, kami tertipu
sebelum menjadi pemimpin, dulu ia berjanji akan memudahkan rakyat miskin
tidak membuat menderita
sebelum pemimpinku terpilih menjadi pemimpin ia sangat sederhana
berita-berita meliputinya
wartawan tersenyum, memasang wajah simpati
bapak-bapak berharap dapat menjabat tangannya
ibu-ibu berteriak histeris, seperti dapat diskon besar-besaran
para remaja menarik tangannya
anak-anak mengikuti langkahnya dari belakang
suatu hari pemimpinku terpilih menjadi pemimpin
kau tahu?
semenjak itu segala harga membumbung tinggi
beras langka, dan harga mahal
kartu miskin belum berjalan dengan semestinya
ketika mendapatkan bantuan; sembako
banyak yang berbaris
mengantri
anak kehilangan ibu
ibu mencari anak
ibu-ibu protes dan menyesal memilihnya
bapak-bapak geram dan ingin memukul
kini pemimpinku dan segala rekan-rekan kerjanya anti Islam
situs Islam diblokir, alergi Islam
segala tindak tanduknya diabadikan dalam kamera
bagaikan selebritis, yang kemana-mana diawasi kamera
tapi kamera yang hanya merekam kebaikannya
kamera yang sudah diatur sedimikian rupa
oh, itu ternyata bukan mimpi
itu nyata dan ada
Jakarta, 26 April 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar