Sabtu, 08 Oktober 2016

Bersama Huja Deras



Luka menjadikanku lebih dewasa, begitu pun dengan kau
Berupaya memahami arti kekeliruan tentang perasaan-per­asaanku:
pada kalimat-kalimatku yang sengaja kutulis dan kubuat untukmu
agar kau tahu bahwa aku memang keliru
Aku ingin menikmati hidup seperti biasa
istirahat senyamannya, tanpa ada kamu yang mengusik dalam pikiranku
berdiskusi dan bercanda riang dengan kawan-kawanku
beban-beban amanah dan pekerjaan lainnya,
dan aku berputar di dalamnya
aku ingin menikmati semua itu

Tanpa terusik oleh bayanganmu, suaramu, dan semua kebaikan­mu yang lekap dalam ingatanku
Setiap kata-kata yang kurangkai untukmu agar kau juga paham
Agar kau tahu bagaimana rasanya menunggu, kesepian, kelelahan, dan kesepian yang masih memanggilku
Kau harus tahu bahwa ada yang mengorbankan perasaannya demi yang dicintainya tetap ada; hidup
Agar sesuatu yang dicintainya bisa mencintai sewajarnya dan sen­antiasa hidup
Seperti irama-irama dalam lagu yang menjadikannya terasa putih
Denyut kehidupan akan tetap terus diiringi irama-irama yang menjadikan lagu:
dinyanyikan sepanjang hidup
namun kehidupan akan mencapai perhentiannya ketika maut su­dah menjemput

Kau tahu?
Aku menangis, kau pun mungkin menangis
Tapi di antara kita tidak ada yang saling memberitahu
Tidak ada yang saling bercerita, menyembunyikan dan menutup rapat-rapat
Bahwa kita menangis karena sudah menyadari ketidakjelasan per­asan-perasaan yang tak pantas
Kemarin aku belajar, bahwa aku harus menyederhanakan segalan­ya; menyederhanakan perasaanku lebih sederhana dan seseder­hana mungkin
mungkin kita ini bongkahan-bongkahan perasaan yang sama na­mun harus disederhanakan

Aku harus menyederhanakan setiap bulir-bulir rasa yang terjatuh
Aku harus menyederhanakan penglihatanku, agar aku tak larut dengan wajah dan bayangmu
Aku harus menutup sedikit telingaku, menjaga pendengaranku
Agar aku tak lagi terlalu sering mendengarkan berita-berita ten­tangmu, bahkan suaramu
Aku hanya ingin menyederhanakan kata- kataku yang kukemas dengan lembut
Hingga menjadi puisi-puisi untukmu
Agar kau dapat tersenyum, agar kau bahagia, agar kau terta­wa riang, berteriak, menangis, bergelut dalam kesibukan, dan menikmati hujan deras yang membuatmu kuyup

Hujan deras itu jatuh di antara kita
Jatuhnya keras sekali
Menembusi bebatuan padat yang kita susun rapi
Hingga menjadi jalan penghubung agar kita dapat berjumpa
Lalu kita meneduh bersama, aku menatapmu, dan kau memandan­gku; dalam tatapan dan pandangan hangat
Atau kita sama-sama kuyup
Agar setiap tetesan rasa antara aku dan kau bisa kuyup bersamaan dengan hujan
Agar setiap rasa yang jatuh bisa terhanyut dan terhapus oleh hu­jan deras

--Sudah saatnya aku tak lagi selalu lekap dengan perasaanku. Lama, terlalu lama aku merasakan ini. Maka, aku tak ingin terus dan terus berputar dalam satu perasaan yang belum tahu di mana ujungnya—
 

Ruang rasa,
Jakarta, 7 Juni 2015

Tidak ada komentar: