Luka menjadikanku lebih dewasa, begitu pun dengan
kau
Berupaya memahami arti kekeliruan tentang
perasaan-perasaanku:
pada kalimat-kalimatku yang sengaja kutulis dan
kubuat untukmu
agar kau tahu bahwa aku memang keliru
Aku ingin menikmati hidup seperti biasa
istirahat senyamannya, tanpa ada kamu yang mengusik
dalam pikiranku
berdiskusi dan bercanda riang dengan kawan-kawanku
beban-beban amanah dan pekerjaan lainnya,
dan aku berputar di dalamnya
aku ingin menikmati semua itu
Tanpa terusik oleh bayanganmu, suaramu, dan semua
kebaikanmu yang lekap dalam ingatanku
Setiap kata-kata yang kurangkai untukmu agar kau
juga paham
Agar kau tahu bagaimana rasanya menunggu, kesepian,
kelelahan, dan kesepian yang masih memanggilku
Kau harus tahu bahwa ada yang mengorbankan
perasaannya demi yang dicintainya tetap ada; hidup
Agar sesuatu yang dicintainya bisa mencintai
sewajarnya dan senantiasa hidup
Seperti irama-irama dalam lagu yang menjadikannya
terasa putih
Denyut kehidupan akan tetap terus diiringi
irama-irama yang menjadikan lagu:
dinyanyikan sepanjang hidup
namun kehidupan akan mencapai perhentiannya ketika
maut sudah menjemput
Kau tahu?
Aku menangis, kau pun mungkin menangis
Tapi di antara kita tidak ada yang saling
memberitahu
Tidak ada yang saling bercerita, menyembunyikan dan
menutup rapat-rapat
Bahwa kita menangis karena sudah menyadari
ketidakjelasan perasan-perasaan yang tak pantas
Kemarin aku belajar, bahwa aku harus menyederhanakan
segalanya; menyederhanakan perasaanku lebih sederhana dan sesederhana mungkin
mungkin kita ini bongkahan-bongkahan perasaan yang
sama namun harus disederhanakan
Aku harus menyederhanakan setiap bulir-bulir rasa
yang terjatuh
Aku harus menyederhanakan penglihatanku, agar aku
tak larut dengan wajah dan bayangmu
Aku harus menutup sedikit telingaku, menjaga
pendengaranku
Agar aku tak lagi terlalu sering mendengarkan
berita-berita tentangmu, bahkan suaramu
Aku hanya ingin menyederhanakan kata- kataku yang
kukemas dengan lembut
Hingga menjadi puisi-puisi untukmu
Agar kau dapat tersenyum, agar kau bahagia, agar kau
tertawa riang, berteriak, menangis, bergelut dalam kesibukan, dan menikmati
hujan deras yang membuatmu kuyup
Hujan deras itu jatuh di antara kita
Jatuhnya keras sekali
Menembusi bebatuan padat yang kita susun rapi
Hingga menjadi jalan penghubung agar kita dapat
berjumpa
Lalu kita meneduh bersama, aku menatapmu, dan kau
memandangku; dalam tatapan dan pandangan hangat
Atau kita sama-sama kuyup
Agar setiap tetesan rasa antara aku dan kau bisa
kuyup bersamaan dengan hujan
Agar setiap rasa yang jatuh bisa terhanyut dan
terhapus oleh hujan deras
--Sudah saatnya aku tak lagi selalu lekap dengan
perasaanku. Lama, terlalu lama aku merasakan ini. Maka, aku tak ingin terus dan
terus berputar dalam satu perasaan yang belum tahu di mana ujungnya—
Ruang rasa,
Jakarta, 7 Juni 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar