Tiba-tiba kau tak terdengar lagi
Melesat cepat, ditemani sedu sedan
Melesat cepat, ditemani sedu sedan
Hingga tercipta rindu; sesuatu yang
tak akan pernah berhenti
Akan tetap menari lincah dengan bingkisan nada cinta
Tidak seperti musik K-pop, ketika habis maka akan pergi begitu saja tanpa menyisakan rasa.
Akan tetap menari lincah dengan bingkisan nada cinta
Tidak seperti musik K-pop, ketika habis maka akan pergi begitu saja tanpa menyisakan rasa.
Kau yang telah menanamkan kepingan
rasa
Tapi kau tak pernah sadar bahwa kepingan itu kental sekali magisnya
Tapi kau tak pernah sadar bahwa kepingan itu kental sekali magisnya
Kau bahkan seperti klorofil;
hadirnya bisa memberikan warna pada dedaunan
Lalu warna itu bercampur baur dengan gugusan senyum yang tercipta dari bibirmu
Nasihatmu bahkan tetap ada
tak akan pernah tertutup dengan plak-plak yang mengusik
Bahkan pernyataanmu tentang pithecanthropus bukanlah dari pemikiran benar dari hati terdalam
Selalu kurekam, jauh di kemudian hari
Lalu warna itu bercampur baur dengan gugusan senyum yang tercipta dari bibirmu
Nasihatmu bahkan tetap ada
tak akan pernah tertutup dengan plak-plak yang mengusik
Bahkan pernyataanmu tentang pithecanthropus bukanlah dari pemikiran benar dari hati terdalam
Selalu kurekam, jauh di kemudian hari
Kau perlu tahu!
bahwa gugusan rasa yang kau tinggalkan karena waktu dan jarak layaknya barbitura
Akan menggumpal di batin terdalam
dan tak akan lapuk dimakan zaman.
bahwa gugusan rasa yang kau tinggalkan karena waktu dan jarak layaknya barbitura
Akan menggumpal di batin terdalam
dan tak akan lapuk dimakan zaman.
Kelak, ketika aku dan kau bertemu
akan kubisikkan, “tuturan dan wajahmu tetap mewangi, tersimpan dalam di indera
penciumanku, Mba.”
Ika Nurmawati
5 Maret 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar