Rindu adalah tetesan rasa dari dinding kokoh yang
bernama hati. Selalu saja datang tiba-tiba, merembas dan membanjiri sekelumit
peristiwa yang akan selalu terkenang. Rindu layaknya hujan yang datang
tiba-tiba. Airnya jatuh membasahi segala yang ada di sekitarnya. Saat kau
berupaya untuk memakai jas hujan, payung dan perlengkapan ketika hujan, tetap
saja percikan air hujan itu akan mengenai wajah, bukan?
Setiap embusan anginnya menyejukkan pikiran-pikiran
kau tentang seorang laki-laki pilihan Allah yang selalu lekap dalam zaman;
tidak pernah terlupakan dan akan selalu menjadi sebuah harapan untuk bertemu
dengannya. Rintik hujannya ialah kisah-kisah tentang sesosok laki-laki yang
berjalan penuh keyakinan dan keteguhannya dalam menjalankan amanah dari Allah.
Apalah arti rindu ini, jika kau hanya sebatas
mengetahuinya melalu ayat-ayat cinta-Nya. Sebatas kau hanya mengetahui lewat
lisan-lisan manusia yang senantiasa mengagumkan lelaki kekasih Allah. Sebatas
kau hanya mengetahui melalui buku-buku atau bahan bacaan yang selalu membuatmu
ingin bertemu dengan sesosok laki-laki itu.
“Aku rindu, layaknya hujan sore ini yang jatuh di
atas tanah. Ada kalanya berhenti, ada kalanya juga kembali jatuh. Tetapi, tetap
saja wangi hujan itu tetap tercium, sampai memasuki indra penciumanku lalu
otak yang akan menyimpannya. Seperti hujan sore ini, bahwa rindu datang
tiba-tiba, menyelimuti seluruh kisah terbaik di muka bumi ini. Seperti hujan
sore ini, mengalirkan rintik-rintik rindu dalam lantunan doa dan harapan ingin
berjumpa. Aku rindu, padamu ya Rasulullah.”
Begitulah kata kau, rindu dalam hujan tentang
Rasulullah. Kata kau saban hari, tidak hanya di waktu hujan saja rindu itu
hadir, setiap hari rindu itu selalu hadir. Tetapi kata kau, setiap hujan turun
rindu itu semakin menderas dan membasahi ingatanmu, bahkan boleh jadi membasahi
pipimu.
“Saudara-saudaraku adalah mereka yang belum pernah
melihatku tetapi mereka beriman denganku dan mereka mencintai aku melebihi
anak dan orang tua mereka. Mereka itu adalah saudara-saudaraku dan mereka
bersama denganku. Beruntunglah mereka yang melihatku dan beriman kepadaku dan
beruntung juga mereka yang beriman kepadaku sedangkan mereka tidak pernah melihatku.”
Kau selalu mengingat kalimat itu lantas kau bertanya
dalam hati, “apakah aku termasuk di antaranya?” Kau hanya selalu berharap bisa
mencintai lelaki pilihan Allah dengan cinta semurni-murninya cinta. Tetapi, kau
tidak pernah tahu apakah Rasulullah mencintaimu dan merindukanmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar