Hari itu perang Uhud begitu menyala dan membakar
gelora pasukan kafir Quraisy. Bukan hanya dari kaum pria saja, dari kaum
wanita Quraisy pun memuncak darahnya. Bersorak-sorai ingin membalas dendam atas
apa yang terjadi pada Perang Badar.
Di Perang Uhud, ketika pertempuran hampir saja usai,
para perempuan Quraisy sangat girang, berlompatan, sambil bersorak-sorai.
Aduhai, entah hati apa yang tersimpan dalam tubuh mereka. Ketika melihat kaum
Muslimin terbunuh, perut-perut kaummuslimin dibelah, matanya dicongkel, bahkan
mata dan telinganya pun dipotong. Adakah yang lebih menakutkan dan menjijikan
dari hal itu?
Suasana semakin mencekam dan menegangkan, ketika
Sulafah binti Sa’ad bin Syahid menyimpan dendam kepada salah satu perempuan
Muslim yang pada waktu perang Uhud telah membunuh suami dan anaknya. Sulafah
bahkan bersumpah ingin meminum darah dari tempurung kepala perempuan yang telah
membunuh suami dan anaknya.
Sampai pada akhirnya perempuan yang sangat dibenci
Sulafah keadaannya sangat rapuh, lembingnya patah dan perempuan tersebut pun
roboh penuh luka. Namun, sebelum ia mati syahid ia berdoa dengan penuh harapan,
dengan napas terengah-engah, “Ya Allah, sampaikanlah berita kepada Rasulullah.
Ya Allah aku telah mengorbankan diriku di jalan-Mu yang benar. Maka selamatkanlah
kepalaku dari tangan orang kafir itu.”
Allah Maha menepati janji-Nya. Ketika kaum Hudzali,
ialah kaum yang dibayar kaum Quraisy untuk mendapatkan kepala Ashim, Allah
melindungi tubuh Ashim dengan mengirimkan sekelompok lebah sehingga mereka
tidak bisa mengenali Ashim dan memenggal kepala Ashim. Lalu malam harinya
Allah mengirimkan hujan deras yang menimbulkan banjir sehingga jasad Ashim
terhanyut oleh derasnya banjir dan kaum kafir tidak bisa menemukan Ashim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar